Contoh Cerpen Bahasa Indonesia - Nasihat


     Nasihat  


       “Bangun, ayo kau harus segera bersiap – siap kalau kau tidak mau terlambat” kata ayah membangunkanku. Suaranya memang cukup keras, namun memang begitulah suaranya. Terkadang orang sedang berpikir bahwa dia marah atau sedang membentak. Bahkan sepupuku pun takut kepadanya. Namun, setelah kau melihat raut wajahnya, kau dapat melihat sebuah senyuman indah yang terlukis disana. Senyuman yang dapat membuat hatimu tenang.“Baik, Ayah” jawabku. Aku pun bangun dari tempat tidurku dan langsung beranjak ke kamar mandi. Aku pun langsung memakai seragamku dan bersiap untuk pergi ke sekolah.

        Namun, tiba – tiba kudengar suara dengkuran dari ruang tamu. Sudah bisa kutebak suara siapa itu. Betul saja, ayahku tertidur kembali di sofa. “Dia yang membangunkanku namun kini dia yang tidur”, kataku dalam hati sambil tersenyum. Namun, melihat Ia tidur disana, selalu membangkitkan memori masa lalu, ketika aku masih sekitar 5 tahun. Saat itu ayahku masih bekerja di salah satu perusahaan ternama di Jakarta. Dan karena pekerjaannya tentunya Ia selalu pulang malam. Kala itu, setiap malam aku selalu meneleponnya dengan handphone milik ibuku. Aku selalu bertanya ayah sudah sampai mana. Hampir setiap malam aku melakukannya. Terkadang aku masih bangun ketika ia pulang. Saat ia pulang ia pun langsung duduk di sofa itu dan tidak lama kemudian tertidur disana. Ia pasti sangat lelah, seringkali Ia pulang ketika aku sudah tidur dan seringkali ia pergi ketika matahari belum muncul dan aku pun belum terbangun.

          Walaupun kini Ia sudah tidak bekerja disana dan memiliki waktu lebih luang. Namun tetap saja ia sibuk dengan pekerjaannya kini. “Yah, bangun” kataku. Ia pun langsung terbangun dan tersenyum. Kami pun sarapan dengan apa yang pagi itu telah disediakan oleh ibuku. Nasi, telur mata sapi, dan diberi kecap diatasnya. Sungguh nikmat rasanya. Sembari kami makan, kami pun saling berbincang bersama, bercanda tawa, sambil ditemani angin yang berasal dari pintu belakang rumahku yang kubuka. Mereka sangat senang melihatku dengan seragam baruku. Seragam yang masih bersih tanpa adanya noda karena inilah hari pertama ku  sekolah. Hari pertamaku menjadi seorang siswa Sekolah Menengah Pertama.

           Aku pun sangat senang melihat mereka senang. Mereka sangat bangga melihatku dengan seragam yang kupakai saat itu. Aku  ingin terus membanggakan orang tua ku. Ketika aku masih di Sekolah Dasar, beberapa kali aku mendapat juara dan mereka pun sangat senang. Kami pun merayakannya dengan makan – makan bersama. Namun apakah itu cukup? Aku tidak pernah berpikir itu cukup. Mungkin itulah salah satu motivasiku untuk terus mendapatkan hasil yang lebih dari apa yang kudapat sekarang.

            Selesai menyantap masakan ibuku tersebut. Ayahku pun segera berganti pakaian dan bersiap untuk mengantarku. Matahari sudah mulai muncul dari timur, dan kulihat jam pun sudah menunjukan pukul 6.15. Sudah waktunya berangkat. Tentu saja aku tidak mau terlambat di hari pertama ku sekolah. Tidak sabar ku bertemu dengan teman – temanku. Banyak temanku yang ada dari Sekolah Dasar yang sama denganku melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama yang kumasuki ini.
Ayahku mengeluarkan motornya, dan aku pun berpamitan dengan ibuku. Kunaiki motor ayahku. Motor itu sudah lama dipakai oleh ayahku, namun aku pun memiliki banyak kenangan bersama motor itu. Satu hal yang paling kuingat adalah ayahku selalu mengajakku untuk berkeliling menggunakan motornya di hari minggu. 

          Terkadang kami pergi berdua, tetapi pernah juga kami pergi bertiga. Ia hanya mengajakku berkeliling di sekitar komplek rumahku saja dan terkadang sambil mencari makanan. Tetapi entah kenapa itu sangatlah menyenangkan bagiku. Selalu kuingat saat – saat itu. Hal – hal sederhana yang dilakukan ayahku. Aku pun memikirkan hal itu sambil melewati bisingnya lalu lintas namun dengan hembusan angin yang cukup kencang.  Lalu lintas pada saat itu cukup padat. Tentu saja itu karena hari pertama sekolah. Setiap orang tua ingin mengantarkan anaknya untuk pergi ke sekolah. Tidak terasa akhirnya sampai juga aku di sekolahku. Aku pun turun dari motor ayahku, berpamitan dengannya. Aku melihat ia tersenyum lalu pergi.

           “Bangun, ayo kau harus segera bersiap – siap kalau kau tidak mau terlambat” kata ayah. Kudengar kembali suara ayah kala itu, namun kali ini seperti ada yang berbeda, seperti ada suara orang yang menangis dan memanggil manggil nama ayahku, Suaranya tidak asing. Karena suara itu aku bangun dari tidurku.Kulihat ada ibuku di sebelahku sedang menangis dalam tidurnya. Dan saat aku melihat ke arah jam, jam masih menunjukkan pukul 3 pagi. Mimpi yang sama kudapatkan lagi. Mimpi yang telah kudapatkan semenjak ayahku meninggalkan dunia ini. Mimpi yang membuatku senang karena dapat kembali bertemu dengannya kembali. Namun membuatku sedih karena bukan itulah kejadian yang sebenarnya. Yang sebenarnnya terjadi tidaklah seindah mimpi itu. Pada hari pertamaku masuk Sekolah Menengah Pertama aku terlambat, dan kala itu aku menyalahkan ayahku. Bahkan aku tidak sempat berpamitan kepadanya ketika hari pertama sekolahku. Suatu hal yang memang kusesali, ditambah mimpi itu yang terus ada dan kuingat di kepalaku. Namun tak ada yang bisa ku lakukan lagi. Hanya berharap dan berdoa agar Ia diterima di sisinya dan meminta maaf atas perlakuanku kala itu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aneka Macam Sel - Biologi Kelas 12

Hukuman Mati - Aborsi - HIV/AIDS (Materi Agama Katolik Kelas 12)